My ProfiLe facebook : poetri arboy twitter : @putri_2206 instagram : @putrii_2206

Jumat, 12 Desember 2014



TEKNIK TRANSFER DAN TRANSMUTASI
MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tharaiq al- Tarjamah



Di Susun Oleh :
Putri Ningrati            D02212026
Safitri Rahmawati     D02212028

Dosen Pembimbing:
Mohammad Kholison, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap bahas mempunyai sistem tersendiri, yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini meniscayakan adanya penyesuain struktur dalam proses penerjemahan. Hal ini terutama dilakukan ketika penerjemahan tidak menemukan struktur Bahasa Penerima yang sama dengan struktur Bahasa Sumber.
Dalam praktiknya penyesuaian struktur ini bisa diwujudkan dengan menerapkan prosedur transposisi. Transposisi adalah merupakan prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan merupakan asoek gramatikal Bahasa Sumber ke dalam Bahasa Penerima.
Prosedur transposisi ini terbagi menjadi enam jenis teknik penerjemahan, diantaranya teknik transfer dan teknik transmutasi. Akan kami kupas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan Teknik Transfer?
2.    Bagaimana karakteristik pemakaian teknik transfer?
3.    Apa yang dimkasud dengan teknik transmutasi dan bagaimana karakteristik   pemakaian teknik transmutasi?





BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Newmark, Transposisi merupakan prosedur penerjemahan yang berkenaan dengan perubahan aspek gramatikal dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima (BP). Sedangkan menurut Kridalaksana, Transposisi adalah proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa[1]. Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Transposisi adalah bentuk-bentuk perubahan fungsi sintaksis dan kategori dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.
Dalam Bahasa Arab, istilah sintaksis merujuk pada tugas yang senantiasa dilakukan oleh suatu unsur linguistik dalam sebuah kalimat. Misalnya, fungsi naat (sifat) yang bertugas menyifati man’ut (yang disifati) dan khabar (predikat) menerangkan mubtada’ (subjek).
Dalam proses penerjemahan, pemahaman penerjemah atas hubungan fungsional antara unsur-unsur sintaksis dan kategori kata sangat berperan dalam mengungkapkan makna dan maksud penulis dalam nas Bahasa Penerima. Newmark juga menegaskan, bahwa ketika penerjemah merekonstruksi struktur, mungkin penerjemah juga harus mentransposisikan unsur-unsur frase dan klausa ke dalam struktur Bahasa Penerima. Hal ini mengakibatkan terjadinya transposisi fungsi dan kategori dalam suatu kalimat.
Dalam Bahasa Indonesia, fungsi-fungsi diatas berupa subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Sedangkan yang dimaksud kategori ialah nomina (N), verba (V), pronomina (Pro), numeralia (Num) dan kata sarana (KS)



A.  Pengertian Teknik Transfer
       Teknik transfer merupakan cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis, kategori dan kata sarana dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima (BP). Seperti dengan penerjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, pengalihan itu dapat diterapkan terhadap pola S-P = S-P, P-S = P-S, KS+P = KS+P, N = N, FN = FN, V = V, Pro = Pro, KS = KS, KS+KS = KS+KS, dan F = F.[2]
Contoh : Pengalihan fungsi sintaksis dengan pola S-P = S-P dari BS ke BP :
وَاللهُ      عَزِيْزٌ     ذُوا انْتِقاَمِ
      Wallahu      ‘azizun             dzun tiqa>m
              S       +      P         +     (S)   +   P
              N      +       A              + (N)  + FN

       Allah  Maha Perkasa  lagi memiliki (siksa)
        S                P                      S+P+O
     N    +          FA       +(N) + KS + (N) + V + N
B.  Karakteristik Pemakaian Teknik Transfer
Teknik transfer merupakan teknik yang merujuk pada praktik pengalihan fungsi sintaksis, kategori dan kata sarana dari BS ke BP yang berlandaskan pada pandangan bahwa ada persamaan kebahasaan antara BS dan BP (termasuk pada persamaan unit gramatikal).
Menurut Hewson dan Martin, kaum universalis berpandangan bahwa antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain itu saling berhubungan. Dengan demikian sebuah penerjemahan dapat dilakukan dengan mentransfer satu unit bahasa ke bahasa yang lain berdasarkan prinsip kesepadanan.
Penerjemaan teknik transfer ini adalah penerjemahan yang menitikberatkan pada penerjemahan menggunakan metode harfiah. Hal ini selaras dengan pengarahan ketua tim penerjemah Al-quran Depag bahwa penerjemahan sedapat mungkin harus sesuai dengan aslinya.
Pemakain teknik transfer tersebut dibuktikan dengan ditemukannya pola-pola pengalihan fungsi, kategori dan sarana dari BS ke BP, antara lain:[3]
1)   Transfer fungsi
Transfer fungsi sintaksis dari BS ke BP ini terlihat pada pola S-P menjadi  S-P dan pola P-S menjadi P-S.
Contoh:
Pola S-P = S-P
وَاللهُ      عَزِيْزٌ     ذُوا انْتِقاَمِ
Wallahu            ‘azizun             dzun tiqa>m
   S                            P                   (S)     P
   N               +          A              + (N)  + FN
   Allah  Maha Perkasa  lagi memiliki (siksa)
       S                  P                      S+P+O                    
                   N     +          FA       +(N) + KS + (N) + V + N

Pengalihan pola ini memiliki beberapa karakteristik:
Ø Pola S-P hanya terjadi pada kalimat nominal atau jumlah ismiyah yang berpola S-P.
Ø Predikat kalimat nominal itu dapat berbentuk kata atau frase dengan kategori apa saja.



Pola P-S = P-S
 عَلَينَا فِيْ الْأُمِّيِّيْنَ سَبِيْلٌلّيْسَ 
Laisa ‘alaina fi al-ummiyyi>na sabi>lun
P                        K                     S
(KS + FP)      +  FP                +N
Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi
P               +   S  + K                 + K
(KS + V) + N + FP        + FP
Pengalihan pola ini memiliki beberapa karakteristik:
Ø Pengalihan ini hanya dapat diterapkan pada kalimat nominal BS yang berpola P-S, yaitu kalimat nominal yang S-nya berupa frase preposisi. Frase inilah yang menuntut pemakaian teknik transfer karena hampir selalu memunculkan kata ada atau terdapat dalam terjemahannya, yang kemudian dijadikan P dalam BP.
Ø Pola ini dapat diterapkan pada kalimat Verbal Pasif.

Dengan demikian, penerjemah dapat mengalihkan pola S-P dan P-S Bahasa Arab ke pola S-P dan P-S Bahasa Indonesia. Pemakaina teknik ini dimungkinkan karena adanya persamaan struktural antara kalimat noina BA dan BI.
2)   Transfer Kategori[4]
Transfer kategori dari BS ke BP ini terlihat pada pola N menjadi N, FN menjadi FN, V menjadi V dan Pro menjadi Pro.
Contoh:
Pola N = N
وَاللهُ      عَزِيْزٌ     ذُوا انْتِقاَمِ
Wallahu            ‘azizun             dzun tiqa>m
   S                            P                   (S)     P
   N               +          A              + (N)  + FN
Allah  Maha Perkasa  lagi memiliki (siksa)
       S                  P                      S+P+O                    
       N     +          FA       +(N) + KS + (N) + V + N

Pemindahan dilakukan jika N dalam BS berupa nama diri, tempat dan nama-nama lainnya. Hal itu harus dilakukan karena dalam penerjemahan, nama-nama diri atau tempat termasuk dalam unit penerjemahan yang harus ditransfer.
Pola FN = FN
مِنْهُ   أٰيَاتٌ      مُحْكَمَاتٌ
Minh{u a>ya>tun muh{kama>tun
P                  +    S
FP    +   FN
Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat
   K                                 +P + S
   FP                                + V + FN berklausa relatif
Pola V = V
نَزَّلَ   عَلَيْكَ   الْكِتَابَ     بِالْحَقِّ
Nazzala             ‘alaika al-kita>ba bil haqqi
P                        + S       + K      + O      + K
V            + (Pro) + FP   + N       + FP
Dia menurunkan Al-kitab (Al-quran) kepadamu dengan sebenarnya
S                 +  P             + O                                                      +K   + K
Pro. + V             + N                                                      +FP + FP

Penerjemahan pola seperti ini terjadi pada kategori Verba yang menjadi unsur inti dalam sebuah kalimat sehingga bentuknya harus tetap dan tidak dapat dihilangkan, karena jika Verba ini diubah ke kategori yang lain, maka akan hilang karakteristiknya sebagai kalimat Verba yang hendak menyatakan sesuatu.



Pola Pro = Pro
وَلَمْ يُصِرًّوْا عَلَى مَا فَعَلُوْا
Wa lam yu-shirru>           ‘ala> ma> fa’alu>
P                        + (S)                + K (P + S)
(KS + V) + (Pro)           + FP   
Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
S                        +          P                      + O
Pro.        + (KS + V)                  + FN

Dari beberapa contoh pola diatas, menurut Didawi, seorang penerjemah dianjurkan untuk menggunakan teknik transfer ini jika struktrur kalimat BS dan BP ini memiliki persamaan.
3)   Transfer kata sarana dan fungsi sintaksis
Transfer kata sarana dan fungsi sintaksis dari BS ke BP ini terjadi pada pola KS+P menjadi KS+P dan pola KS+S menjadi KS+S
Contoh:
Pola KS+P = KS+P
وَلَمْ يُصِرًّوْا عَلَى مَا فَعَلُوْا
Wa lam yu-shirru>           ‘ala> ma> fa’alu>
P                        + (S)                + K (P + S)
(KS + V) + (Pro)           + FP
Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
S                        +          P                      + O
Pro.        + (KS + V)                  + FN

Pengalihan pola ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
Ø Hanya terdapat pada kalimat Verbal.
Ø Dalam BS, KS itu ditempatkan di depan Verba yang berfungsi sebagai P, kemudian ditransfer ke BP.


Pola KS+S = KS+S
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِأٰيَاتِ اللهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ
Inna al-ladzi>na kafaru> bi a>ya>tilla>hi lahum ‘adza>bun syadi>dun
S                        (P   +   S   +  O)                       +P        (P  +  S)
(KS + FN (N + V + Pron. + FP))          + (FP  +  FN)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah
S   ((S)                           +  P  + K)                    +
akan memperoleh siksa yang berat

pengalihan pola diatas mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
Ø Pola tersebut terdapat pada kalimat nominal yang berpola S-P.
Ø Dalam BS, KS ditempatkan langsung di depan nomina yang berfungsi sebagai S, kemudian langsung ditransfer ke BP.
C. Teknik transmutasi
Transmutasi adalah teknik penerjemah yang ditetapkan yang diterapkan dengan mengubah pola urutan fungsi dan kategori sintaksis bahasa arab dalam bahasa Indonesia. Pengubahan dilakukan dengan cara memindahkan tempat, baik mendahulukan ataupun mengakhirkan, salah satu unit gramatikal.
Dalam praktiknya, sebagaimana disebutkan syihabuddin[5], teknik transmutasi ini mempunyai beberapa pola. Pertama, trasmutasi berpola S-P menjadi P-S. Pemakaian ini misalnya terlihat pada penerjemah penggalanهُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِيْنٍ  yang bermaktub pada surah Al-An’am (6) ayat 2.
Kalimat nominal yang berpola S-P (subyek-predikat) ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan pola P-S (predikat-Subyek), yakni Dialah yang telah menciptakan kamu dari tanah.
Kedua, transmutasi berpola P-S menjadi S-P. Dalam bahasa arab, pola ini biasa terjadi pada kalimat verbal aktif. Pola semacam ini tentu saja harus mengalami penyesuaian dalam bahasa Indonesia. Pola P-S ini lazim menjadi S-P dalam bahasa indonesia. Sebagai contoh penggalan تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنْ المَضَاجِعِ yang bermaktub dalam surah As-Sajadah (32)ayat 16, diterjemahkan menjadi “lambung mereka jauh dari tempat tidurnya”. Ayat tersebut berpola P-S dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan pola S-P.
Dan ketiga, transmutasi KS+P menjadi KS+S. Pola ini sesungguhnya merupakan konsekuensi dari prubahan predikat(P) bahasa sumber menjadi subyek(S) dalam bahasa target. Dalam bahasa arab, kata sarana(KS) ini menyertai predikat(P), dalam bahasa indonesia, KS menyertai subyek(S). Dalam surah Al-Anfal (8) ayat 37 terdapat penggalan لِيَمِيْز الله الخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ  . penggalan ini diterjemahkan menjadi supaya allah memisahkan yang buruk dari yang baik. Terlihat bahwa dalam bahasa arab, KS (ل) menyertai P (ليَمِيْز), dalam bahasa indonesia, KS (supaya) menyertai S (Allah).[6]







BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Teknik transfer merupakan cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis, kategori dan kata sarana dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima (BP). Seperti dengan penerjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, pengalihan itu dapat diterapkan terhadap pola S-P = S-P, P-S = P-S, KS+P = KS+P, N = N, FN = FN, V = V, Pro = Pro, KS = KS, KS+KS = KS+KS, dan F = F.
Ada tiga pola pengalihan dalam teknik transfer dari BS ke BP, yaitu:
Ø Transfer fungsi sintaksis.
Ø Transfer kategori.
Ø Transfer kata sarana dan fungsi sintaksis
Ada tiga pola pengalihan dalam tehnik transmutasi dari BS ke BP, yaitu:
Ø  trasmutasi berpola S-P menjadi P-S
Ø  transmutasi berpola P-S menjadi S-P
Ø  transmutasi KS+P menjadi KS+S










DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia.
Syihabuddin. 2005. Penerjemahan Arab Indonesia Teori dan Praktek. ( Bandung: Humaniora.



[1] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT Gramedia, 1984), 199.
[2] Dr. Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia Teori dan Praktek, ( Bandung: Humaniora, 2005), 98.
[3] Dr. Syihabuddin, Penerjemahan Arab...................., 96.
[4] Dr. Syihabuddin, Penerjemahan Arab......, 97.
[5] Dr. Syihabuddin, Penerjemahan Arab .............., 99.
[6] M.Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011),70

6 komentar:

  1. putriiiii................ أطلب مقالتك......

    BalasHapus
  2. تعارف معي...........هههههههههه

    BalasHapus
  3. putriiiii................ أطلب مقالتك......

    BalasHapus
  4. makasih yan mbak, maklahnya bermanfaat banget.. jazakillah,, :) tpi dosen pengampunya ternyata sama, hahaha

    BalasHapus
  5. suwun yah, wis tak kopas.. tapi masih ada yg kurang.. teknik reduksi dan ekspansinya blm ada... :-)

    BalasHapus
  6. Maaf ka, arti pro. + KS itu apa ?

    BalasHapus