My ProfiLe facebook : poetri arboy twitter : @putri_2206 instagram : @putrii_2206

Jumat, 12 Desember 2014

MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN



MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Al-Idarah wa Al-Isyraf Al-Tarbiyah

Disusun Oleh :
Putri Ninfrati               D02212026
Siti Asmaul Husna       D72212080
Khafid Asyari                               
  
Dosen Pembimbing
Safi’i,M.Ag.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah segala upaya untuk mengembangkan daya-daya cipta, rasa, karsa manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa, yang dilakukan dengan cara-cara yang edukatif dan sesuai dengan kaidah-kaidah norma kemasyarakatan dan keagamaan.
Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan sebagai salah satu bagian dari aktivitas manusia menghendaki pencapaian tujuan dilaksanakan secara efektif dan efesien. Kedudukan personel pendidikan masing-masing memiliki peran sesuai dengan fungsinya. Satu sama lain melengkapi, tidak ada mendududki posisi yang dominan dalam berkontribusi pada usaha pencapaian tujuan pendidikan. Para personal pendidikan merupakan faktor produksi dalam mencetak calon-calon profesional di masa yang akan datang serta dalam hal menyuguhkan layanan pendidikan kepada para klien pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan peran dari para tenaga kependidikan, seperti guru(pengajar), pembimbing, supervisior, kepala sekolah, tenaga administrasi, dll.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tenaga kependidikan dan apa saja jenis-jenis tenaga kependidikan ?
2. Bagaimana pengadaan tenaga kependidikan ?
3. Bagaimana pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan ?
4. Seprti apa pengembangan dan pembinaan tenaga kependidikan ?
5. Bagaimana pemberhentian tenaga kependidikan ?


C. Tujuan
Agar dapat mengetahui pengertian tenaga kependidikan, jenis-jenis tenaga kependidikan beserta bagaimana cara pengadaan, pengangkatan, penempatan, pembinaan, pengembangan juga cara pemberhentian tenaga kependidikan.



 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Jenis-jenis Tenaga Kependidikan
Dalam masyarakat, tenaga kependidikan masih dianggap mempunyai dua arti guru yang ada dalam masyarakat (informal) seperti guru mengaji, ustad maupun orang tertua atau disegani dalam masyarakat tersebut. Yang kedua tenaga kependidikan formal yaitu guru yang ada dalam sekolah-sekolah. Namun peran guru disini tidak hanya di sekolah saja tetapi juga dilingkungan masyarakat sehari-hari.
Tenaga kependidikan berbeda dengan tenaga personil (tenaga lembanga pendidikan). Lembaga pendidikan merupakan organisasi pelaksanaan pendidikan dan pengelola penyelenggaraan pendidikan. Tenaga pendidikan termasuk personil yang ada dalam lembaga pendidikan, tetapi tidak semua personil yang ada di dalam lembaga pendidikan dapat disebut tenaga pendidikan. Tenaga kependidikan adalah tenaga-tenaga (personil) yang berkecimpung dalam lembaga atau organisasi pendidikan yang memiliki wawasan pendidikan (memahami falsafah dan ilmu pendidikan), dan melakukan kegiatan pelaksanaan pendidikan (mikro atau makro ) atau penyelenggaraan pendidikan.[1]
Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal ayat 5 dan 6 [2] yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan masyarakat.
·  Jenis-jenis Tenaga Kependidikan



VARIABEL PENELITIAN PEMETAAN VARIABEL dan PENENTUAN FOKUS
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tharaiq al-Bahts
Disusun Oleh :
Putri Ninfrati               D02212026

Dosen Pembimbing
Safi’i,M.Ag.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014




BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembuatan rancangan pelaksanaan penelitian baik untuk pengajuan judul skripsi atau proposal, menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara sistematis dalam rangka menjawab tujuan penelitian sangatlah penting supaya pembaca atau penilai menjadi jelas saat membaca tulisan yang disajikan oleh pengarang. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Memilih variabel dalam objek penelitian tidak dapat dilakukan secara abstrak, namun harus benar – benar sesuai dengan objek penelitian. Namun terkadang kita tidak seratus persen paham definisi sesungguhnya dari variabel penelitian. Karena setiap kali mengajukan judul skripsi atau proposal ke dosen,  kemudian ditanya, “variabelnya apa?” Atau “variabel bebasnya apa, variabel terikatnya apa?” kita tidak dapat menjelaskannya secara gamblang. Atau bahkan kita mengerti namun tidak dapat menjelaskannya. Jadi kesimpulannya, kata variabel sudah sangat akrab dengan telinga kita namun belum benar – benar paham definisinya secara jelas.
Sedangkan penentuan fokus penelitian juga penting setelah menentukan nilai variabel, supaya observasi dan analisa hasil penelitian lebih terarah. Namun sering kali orang melupakan fokus penelitian tersebut, sehingga arah penelitian menjadi tak jelas tujuannya. Sedangkan penelitian yang baik adalah apabila tujuannya pun jelas.


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian variabel ?
2. Apa jenis-jenis Variabel ?
3. Bagaimana fokus penelitian /penentuan fokusnya ?
C. Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana variabel itu, apa jenis-jenis dari variabel beserta bagaimana pemetaan fokusnya / fokus penelitiannya.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Variabel
Variabel merupakan suatu istilah yang berasal dari kata vary dan able yang berarti berubah atau variasi. Jadi variabel merupakan suatu atribut atau sifat nilai orang, objek atau kegiatan yang memounyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpilannya. Dengan kata lain dinamakan variabel karena ada variasinya (masing-masing dapat berbeda). Pengertian variabel penelitian merupakan kegiatan menguji hepotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia nyata. Hubungan nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada variabel. Adapun hubungan lazim dibaca dengan memperhatikan data tentang variabel itu. Variabel adalah sebutan yang dap[pat diberi nilai angka (kuantitatif) atau nilai mutu (kualitatif). Variabel merupakan pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut objek yang diteliti. Atribut itu misalnya: tidak sekolah, tidak tamat SD, tidak tamat SMP. Maka variabelnya adalah tingkat pendidikan dari objek penelitian ini.[1]
Identifikasi variabelsebenarnya dengan mudah dilakukan oleh peneliti setelah mengambil keputusan suatu kesimpulan teoritis berdasarkan penelaahan perpustakan. Ini dikerjakan pada saat peneliti memberikan latar belakang mengapa penelitian itu dilakukan. Variabel dalam suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoritis yang mendasarinya. Apabila landasan teoritis berbeda, maka variabel-variabel dalam penelitian itu juga berbeda. Jumlah variable dalam satu penelitian sangat ditentukan oleh kecanggihan rancangan penelitiannya. Makin sederhana suatu rancangan penelitian akan melibatkan lebih sedikit variabel suatu penelitian, dan sebaliknya makin canggih suatu rancangan penelitian akan melibatkan lebih banyak variabel di dalamnya.[2]


B. Jenis-jenis Variabel Penelitian
Berdasarkan data yang dikumpulkan, variabel dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu : 1) kuantitatif dan 2) kualitatif.
Variabel yang berdasarkan kuantitatif ddapat dibedakan menjadi 2 kategori utama, yaitu :
1. Variabel Diskrit
Variabel diskrit disebut juga sebagai variabel nominal atau variabel kategorial hanya dapat dikategorikan menjadi dua kutub yang berlawanan, misalnya ya dan tidak.
2. variabel Kontinum
Variabel kontinum artinya variabel-variabel tersebut memiliki rentangan dan biasanya merupakan hasilpengukuran atau perhitungan.


TEKNIK TRANSFER DAN TRANSMUTASI
MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tharaiq al- Tarjamah



Di Susun Oleh :
Putri Ningrati            D02212026
Safitri Rahmawati     D02212028

Dosen Pembimbing:
Mohammad Kholison, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap bahas mempunyai sistem tersendiri, yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini meniscayakan adanya penyesuain struktur dalam proses penerjemahan. Hal ini terutama dilakukan ketika penerjemahan tidak menemukan struktur Bahasa Penerima yang sama dengan struktur Bahasa Sumber.
Dalam praktiknya penyesuaian struktur ini bisa diwujudkan dengan menerapkan prosedur transposisi. Transposisi adalah merupakan prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan merupakan asoek gramatikal Bahasa Sumber ke dalam Bahasa Penerima.
Prosedur transposisi ini terbagi menjadi enam jenis teknik penerjemahan, diantaranya teknik transfer dan teknik transmutasi. Akan kami kupas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan Teknik Transfer?
2.    Bagaimana karakteristik pemakaian teknik transfer?
3.    Apa yang dimkasud dengan teknik transmutasi dan bagaimana karakteristik   pemakaian teknik transmutasi?





BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Newmark, Transposisi merupakan prosedur penerjemahan yang berkenaan dengan perubahan aspek gramatikal dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima (BP). Sedangkan menurut Kridalaksana, Transposisi adalah proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa[1]. Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Transposisi adalah bentuk-bentuk perubahan fungsi sintaksis dan kategori dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.
Dalam Bahasa Arab, istilah sintaksis merujuk pada tugas yang senantiasa dilakukan oleh suatu unsur linguistik dalam sebuah kalimat. Misalnya, fungsi naat (sifat) yang bertugas menyifati man’ut (yang disifati) dan khabar (predikat) menerangkan mubtada’ (subjek).
Dalam proses penerjemahan, pemahaman penerjemah atas hubungan fungsional antara unsur-unsur sintaksis dan kategori kata sangat berperan dalam mengungkapkan makna dan maksud penulis dalam nas Bahasa Penerima. Newmark juga menegaskan, bahwa ketika penerjemah merekonstruksi struktur, mungkin penerjemah juga harus mentransposisikan unsur-unsur frase dan klausa ke dalam struktur Bahasa Penerima. Hal ini mengakibatkan terjadinya transposisi fungsi dan kategori dalam suatu kalimat.
Dalam Bahasa Indonesia, fungsi-fungsi diatas berupa subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Sedangkan yang dimaksud kategori ialah nomina (N), verba (V), pronomina (Pro), numeralia (Num) dan kata sarana (KS)

Senin, 30 Juni 2014


KATA-KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal laporan penelitian Ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

ILMU LUGHOH TATHBIQI
Oleh :
Putri Ningrati      D02212026

Dosen Pengampu :

H. Moh. Thohir, S.Ag. M.Pd.

                                         PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan bahasa yang utama ialah sebagai sarana atau media untuk menyampaikan maksud dan perasaan seseorang kepada orang lain. Sebagai mahluk sosial manusia tidak bisa mengandalkan kemampuannya sendiri. Manusia perlu berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, kata serapan antar bahasa adalah hal yang lumrah, jika terjadi kontak bahasa lewat pemakai pasti akan terjadi serap menyerap kata. Dengan adanya proses penyerapan akan menimbulkan saling meminjam dan saling pengaruh asing. Peminjaman ataupun penyerapan dari suatu bahasa itu senderi pasti dilatar belakangi oleh berbagai macam faktor. Yang biasanya mengalami perubahan atas proses penyerapan adalah bunyi bahasa dan kosa kata.

Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahsa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian diejaan, ucapan, tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat indonesia untuk memperkaya kosa kata. Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagsan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering dianggap lebih mudah adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.

Maraknya Penggunaan Bahasa Indonesia yang Tidak Baku Dikalangan Remaja


Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di negara Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam enggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Dewasaini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul dari pada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat lluas di masyarakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan munculny bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai berikut :

1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan oleh Bahasa Gaul

media pembelajaran bahasa arab

http://www.slideshare.net/putri2206/edit_my_uploads

Wali Songo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai dengan abad ke-18H/14M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Dalam literatur yang beredar dan menjadi arus yang bersejarah,masuknya islam ke Indonesia selalu diidentikan dengan penyebaran agama oleh orang Arab,Persia, ataupun Gujarat. Namun dalam sejarah penyebaran agama islam terutama di pulau jawa banyak ditemukan sumber-sumber yang menyatakan bahwa pada masa awal,penyebaran agama islam lebih banyak di pegang peranannya oleh para “wali sembilan” atau yang lebih dikenal dengan “wali songo”. Wali songo adalah simbol penyebaran islam di Indonesia, khususnyad di pulau Jawa. Peranan mereka sangat besar dalam mendirikan kerajaan islam di Jawa, juga mempengaruhi kebudayaan masyarakat serta dakwah. Wali songo tinggal di tiga wilayah penting pantai utara pulau Jawa, yaitu Surabaya – Gresik – Lamongan di Jawa Timur,Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah dan Cirebon di Jawa Barat. Kawasan ini adalah laluan perjalanan dari Surabaya ke Pati-Demak-Kudus-Malang-Surabaya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah metode dakwah walisongo di jawa ? 2. Bagaimana proses penyebaran ajaran islam dan pola apakah yang digunakan Wali Songo ?
BAB II PEMBAHASAN
A.Metode Dakwah Wali Songo Dahulu di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha, dan terdapat berbagai kerajaan Hindu dan Budha, sehingga budaya dan tradisi lokal saat itu kental diwarnai kedua agama tersebut. Budaya dan tradisi lokal itu oleh Walisongo tidak dianggap “musuh agama” yang harus dibasmi. Bahkan budaya dan tradisi lokal itu mereka jadikan “teman akrab” dan media dakwah agama, selama tak ada larangan dalam nash syariat. Metode dakwah yang dikembangkan wali songo ialah Wali Songo belajar bahasa lokal,memperhatikan kebudayaan dan adat, serta kesenangan dan kebutuhan masyarakat. Lalu berusaha menarik. Karena masyarakat Jawa sangat menyukai kesenian, maka Walisongo menarik perhatian dengan kesenian, di antaranya dengan menciptakan tembang-tembang keislaman berbahasa Jawa, gamelan, dan pertunjukan wayang dengan lakon islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu’, shalat, dan sebagainya. Wali songo sangat peka dalam beradaptasi, cara menanamkan akidah dan syariah sangat memperhatikan kondisi masyarakat.